Bagaimana Kisah #suksesmu?
Pekalongan sebagai kota batik sudah terkenal hingga mancanegara. Namun sayang, serbuan kain impor pernah membuat batik Pekalongan tersisih di daerahnya sendiri. Hal itu yang melatarbelakangi seniman dan budayawan Taufik Taroji tiga tahun lalu, getol menyuarakan pemakaian sarung batik agar menjadi identitas kota.
Sarung batik baginya bukan sekadar pelengkap berbusana tetapi memiliki nilai historis dan budaya yang sangat dalam. ”Dulu, hampir semua kegiatan warga mulai yang serius sampai santai pasti menggunakan sarung batik. Jadi jangan sampai budaya lokal yang luhur ini luntur,” katanya.
Didukung oleh banyak elemen masyarakat, usahanya berhasil. Pada April 2018 lalu, sarung batik resmi ditetapkan Walikota Pekalongan HM Saelany Mahfudz menjadi salah satu seragam wajib yang digunakan ASN (Aparatur Sipil Negara) setiap Jumat minggu keempat. Di kesempatan yang sama, Walikota juga mencanangkan agar masyarakat umum kembali mengintenskan pemakaian sarung batik dalam setiap kegiatan sehari-hari.
Kecintaan Taufik pada batik Pekalongan memang sangat dalam. Sebisa mungkin dia membantu para pembatik untuk bisa terus berkarya. Salah satu sumbangsihnya adalah dengan ikut mendesainkan motif batik. Dilakukan sejak tahun 2000, pria yang juga akrab disapa Kang Canting ini telah melahirkan ratusan motif batik.
”Inspirasi bisa datang dari mana saja. Seperti melihat lumut yang menempel di batu, akar pohon yang menjalar, sampai pemandangan kokohnya gunung yang berdiri tegak,” jelas pria yang termasuk tokoh dalam program Retrospection of Success yang diinisiasi Wismilak Diplomat.
Tak hanya soal batik, kecintaan Taufik pada Pekalongan juga diwujudkannya dengan mengajak para remaja untuk membesarkan desanya masing-masing bukan malah meninggalkan pergi ke kota besar. Sebab, setiap desa pasti memiliki potensi yang bisa digali.
Jika di desa setempat memiliki panorama alam yang indah, pria yang sempat mencicipi pendidikan di Institut Kesenian Jakarta itu mendorong warga untuk membuat destinasi wisata. Termasuk mengajarkan mereka membuat cenderamata untuk dijual kepada pelancong.
”Prinsip saya adalah, daripada terlibat kriminal di kota besar, mending bekerja dan berkontribusi membesarkan desanya sendiri. Desa itu tiang penyangga ekonomi masyarakat. Kalau desa maju kota pasti ramai. Karena mereka belanjanya pasti ke kota. Tapi sebaliknya, kalau kota ramai belum tentu desa maju,” kata dia.
Putra asli Pekalongan yang lahir 25 Desember 1965 itu juga telah berhasil melahirkan film yang bercerita tentang tanah kelahirannya, yang berjudul Ada Juang di Tanah Tergenang.
Sukses bagi pria yang juga Ketua Seni Rupa Pekalongan itu adalah ketika tidak pernah letih untuk terus berikhtiar demi memberikan manfaat bagi sekitar.
Keberanian dan konsistensi telah memberikan arti kesuksesan pada Taufik Taroji. Bagaimana dengan kisah #suksesmu?