Bagaimana #suksesmu?
Jika ditekuni dengan baik, hobi dan pekerjaan bisa menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Hal itu yang dirasakan oleh Ismoe Wardoyo, seorang penyuluh Pertanian dari Dinas Pertanian Wonogiri sekaligus pegiat budaya reog.
Sebagai penyuluh pertanian, masa bakti Ismoe sudah sangat panjang. Lebih dari 30 tahun. Selama itu pula, Ismoe giat turun ke sawah dan ladang untuk bertemu dan mengedukasi langsung para petani. Mulai dari pemilihan bibit, pemberantasan hama, cara panen yang baik dan benar, hingga pola pemasaran.
Namun, di sela-sela kesibukannya, Ismoe tidak bisa melupakan hobinya pada kesenian daerah, seperti musik campursari dan reog. Bahkan di tahun 2011, berbekal uang pinjaman dengan menggadaikan SK PNSnya, Ismoe mantap membentuk Padepokan Seni Reog yang dia beri nama Singo Jalu Wono.
”Saya masih ingat, biaya total untuk membeli peralatan reog saat itu Rp. 35 juta,” kata alumnus Akademi Pertanian Wonogiri dan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Namun, berbeda dengan reog kebanyakan, padepokan milik Ismoe justru mewadahi anak-anak muda. Syarat yang dia tetapkan bagi mereka yang ingin bergabung cukup berat. Di antaranya harus mendapat ijin dari orang tua; tidak boleh bertato, tindikan, mengonsumsi miras & narkoba; rambut tidak boleh gondrong dan disemir; serta dilarang pacaran antara anggota padepokan.
”Saya mau menghapus stigma negatif reog. Karena bagi sebagian orang, reog itu masih dipandang sebagai kesenian yang nggilani, kasar, dan urakan. Padahal, nilai seni yang bisa diangkat itu jauh lebih mulia,” jelas pria yang termasuk tokoh dalam program Retrospection of Success yang diinisiasi Wismilak Diplomat.
Tak sekadar mengubah konsep, suami Sunarmi itu juga mengkreasikan reog dengan beragam sentuhan lain. Mulai dari dangdut, holic, hingga reog balap yang menggunakan sepeda motor dalam atraksinya. ”Sehingga tidak monoton dan bisa menarik perhatian kalangan milenial. Kalau bukan kita siapa lagi? Jangan sampai kita baru marah saat kesenian ini diklaim negara lain,” kata dia.
Eksistensi Ismoe dengan padepokan reognya telah mendapat pengakuan masyarakat. Banyak hajatan penting yang menggunakan jasanya. ”Termasuk saya kalau mau mengumpulkan petani untuk penyuluhan, ya bisa pakai reog.”
Ketika ditanya tentang arti kesuksesan, Ismoe menjabarkannya seperti ini : Ketika berjalannya Sistem dari suatu Usaha/Upaya yang dilakukan penuh Kesinambungan untuk tercapainya Sosial Ekonomi yang Sejahtera.
Kisah Ismoe Wardoyo di atas merupakan sebuah kesuksesan yang dicapai dengan penuh tekad dan keberanian demi kepentingan orang banyak. Lantas, bagaimana dengan #suksesmu?