Bagaimana Kisah #suksesmu?
Bagi Mohammad Ahdal Sidqulloh, kesuksesan adalah bisa menebar manfaat kepada orang banyak. Hal itu yang dia terapkan dalam derap langkah kehidupannya. Pengasuh Utama pondok pesantren Al Hikmah yang akrab disapa Gus Mat itu menggunakan media pendidikan sebagai sarana menebar manfaat.
Gus Mat merupakan generasi ketiga yang mengelola ponpes yang terletak di Sawahan, Mojosari, Mojokerto itu. Pendirinya adalah sang Kakek KH Bahry Masyhud dengan nama ponpes Darul Hikmah yang menjadi induknya, kemudian dilanjutkan ayahnya KH Ach Qusyairi Manshur.
"Generasi pertama mendirikan, generasi kedua mengembangkan, sedangkan tugas generasi ketiga dan seterusnya adalah mempertahankan," katanya.
Pondok Pesantren Darul Hikmah Sawahan itu sendiri berdiri sejak 1950an, kemudian berkembang dengan adanya ponpes Al Hikmah yang khusus santri putri dimana Gus Mat menjadi pengasuh utamanya. ”Jiwa pengabdian pada umat sudah ditanamkan sejak kecil oleh kakek dan ayah saya,” kata pria yang pernah mondok di Bahrul Ulum Tambak Beras, Manarul Huda Cilacap, dan Mamba’ul Ulum Pati itu.
Ketika dipercaya mengelola pondok pesantren pada 2013 lalu, Gus Mat langsung melakukan penambahan dari segi materi pelajaran. Ratusan santri yang mondok di sana tidak hanya diberikan ilmu agama saja, melainkan juga ilmu tentang beragam keahlian. Mulai dari keahlian di bidang IT, Bahasa Inggris, hingga kegiatan olah jasmani seperti senam sehat. ”Sehingga keluar dari pondok nanti dia punya keahlian lebih,” jelas Gus Mat yang juga dipercaya menjadi Ketua MUI Mojosari.
Tak hanya itu saja, menggunakan metode silih asuh, Gus Mat menggandeng beberapa donatur untuk ikut membiayai pendidikan para santri yang dhuafa atau yatim. Sehingga, asal santri tersebut punya keinginan kuat dan mampu mengikuti pelajaran, dia tidak perlu memikirkan biaya sama sekali. ”Asrama untuk tinggal dan makan semua gratis. Yang penting niat,” kata pria yang lahir di Mojokerto 17 Juli 1972 itu.
Gus Mat ingin, melalui jalur pendidikan yang dia geluti akan lahir generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas tetapi juga taat dan beriman. Karena itu pula dia juga mengenalkan program BKD atau Bina Kader Dai. Program ini melatih anak-anak usia 13 – 15 tahun untuk terjun ke masyarakat dengan memimpin kegiatan sholatawan atau pengajian rutin.
”Kaderisasi santri berkualitas itu penting. Karena dari sana akan muncul jiwa pengabdian, baik kepada adik dan anak didiknya kelak, juga tentunya pada umat,” ujar pria yang termasuk tokoh dalam program Retrospection of Success yang diinisiasi Wismilak Diplomat.
Niat tulus yang dibalut kemauan untuk berubah menjadi lebih baik menjadi kunci sukses dari Gus Mat.
Lalu, bagaimana kisah #suksesmu