Membangun bisnis adalah impian banyak orang. Aktivitas marketing atau pemasaran juga lekat dengan bisnis apapun yang sedang dibangun. Layaknya bisnis konvensional, startup atau perusahaan rintisan juga membutuhkan strategi marketing yang solid yang efektif, yang harus sesuai dengan karaketistik bisnis yang ingin dibangun.
Topik inilah yang dibahas dalam webinar “Integrated Marketing Platform & Strategy” yang diselenggarakan oleh Diplomat Success Challenge (DSC), salah satu kompetisi wirausaha terbesar di Indonesia yang diinisiasi oleh Wismilak Foundation sejak tahun 2010, pada Rabu (9/9) lalu. Webinar yang dilaksanakan atas kerjasama dengan MarkPlus Institute ini dilakukan secara daring, menghadirkan pembicara Gibran Huzaifah, CEO eFishery, dan Danu Sofwan, CEO Radja Cendol. Webinar kali ini juga menghadirkan testimoni dari CEO Sirtanio, Ahmed Tessario yang merupakan kolaborator DSC XI. Berikut 4 strategi marketing yang dibeberkan oleh para pendiri startup ini.
1. Sesuaikan Strategi Pemasaran dengan Segmentasi Target Pasar (Customer Management)
Teori marketing yang ada saat ini sangat beragam, sehingga kadang cukup membingungkan para pemula dalam mendirikan bisnis. Bagi Gibran Huzaifah, saat mendirikan eFishery walaupun ia merasa cukup dibekali dengan teori-teori marketing dan pengalaman pada bisnis sebelumnya, namun kenyataan yang ia hadapi di lapangan sedikit berbeda.
Pada awalnya, eFishery sendiri merupakan startup penyedia alat pintar dengan teknologi IoT (internet of things) untuk memberi pakan pada ikan. Target pasarnya adalah pemilik usaha budidaya ikan yang sangat niche dan terbatas, sehingga Gibran memutuskan untuk mendekati target market satu per satu, dan mendemokan eFishery Feeder secara langsung
eFishery kini berkembang dan telah hadir di 180 kota dan 21 provinsi di Indonesia |
Keteguhan Gibran dalam menghampiri target pasarnya ini pun ia simpulkan bahwa ‘marketing is anything that works effectively to drive people to buy your product’. Langkah selanjutnya, ia pun mendekatkan diri dan fokus membangun relasi dengan calon pelanggan (customer management). Gibran merekrut banyak penjual pakan ternak di area sekitar untuk menjadi tenaga sales-nya untuk memastikan para sales memiliki kedekatan secara emosional dan wawasan dengan target pasarnya.
“Identifikasi segmen pasar kita. Siapa yang paling mungkin untuk membeli produk kita? Bedah profil customer, areanya, behavior sampai ke permasalahan yang dihadapinya.” ungkap Gibran.
Senada dengan Gibran, Danu Sofwan selaku CEO Radja Cendol (Randol) juga mengungkapkan pentingnya pelaku startup mengetahui siapa target pasar yang ingin disasar. Sebelum mendirikan Randol, Danu bahkan sempat merintis 10 bisnis yang semuanya gagal karena ia tidak mengetahui siapa target pasarnya secara jelas.
2. Scale-up Produk, Berikan Sentuhan Personal ke Strategi Marketing
Selain itu, pengembangan dari sisi produk (product management) juga tidak kalah penting. Setidaknya, ada 3 faktor yang menjadi dasar Randol mengembangkan produk. Pertama, produk harus extraordinary di mana Randol saat itu sebagai pelopor minuman cendol susu yang belum banyak ada di pasaran, bahkan melawan arus tren pasar yang lebih menggemari minuman berbahan dasar bubble. Kedua, tentukan USP (unique selling proposition) dari produk yang bukan hanya sekadar unik, tapi juga punya jual. Ketiga adalah adanya unsur history dengan memasukkan cerita dari nilai produk sehingga pelanggan dapat melihat nyawa brand kita di setiap produk.
“Pastikan nilai produk bisa memberikan customer experience yang positif agar secara otomatis dipromosikan dari mulut ke mulut (words of mouth). Bangun positioning yang tepat. Tanyakan ke diri sendiri dan tim, ingin dikenal sebagai apa bisnis Anda di mata konsumen,” ujar Danu.
Danu Sofwan mengutamakan produk yang unik dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat |
Untuk mengembangkan produk kuliner seperti Randol, Danu juga memastikan jika produknya sesuai dengan selera masyarakat di daerah / kota yang ingin ia tuju dengan cara blind testing serta kuesioner. Selain itu, walaupun Randol bermula dari kios kecil, Danu memastikan bahwa seluruh pegawainya memiliki SOP (Standard Operating Procedure) dan KPI (Key Performance Indicator) yang ketat, agar kualitas yang disampaikan kepada konsumen dapat terjaga.
3. Publikasi, Promosi dan Branding Management
Berbeda dengan Randol yang melakukan promosi secara digital dengan media sosial, eFishery justru melakukan promosi hanya di titik-titik di mana karakteristik konsumen berada, yaitu di toko pakan ikan. eFishery juga sering mengadakan sarasehan untuk membentuk komunitas dengan menghadirkan pembicara yang sesuai dengan karakteristik bisnis.
Baik Randol dan eFishery keduanya menggunakan platform publikasi media massa yang sedikit berbeda. eFishery fokus pada media hyperlocal, dengan cakupan media daerah yang terbatas namun efektif sesuai dengan apa yang dikonsumsi pelanggannya. Sedangkan Randol menggunakan publikasi yang lebih masif dengan media lokal dan nasional.
Menariknya, branding eFishery justru dilakukan setelah bisnisnya cukup mapan dengan basis pelanggan yang sudah cukup besar. Kini eFishery telah berkembang menjadi perusahaan terintegrasi yang menjadi rantai pasok industri akuakultur dari hulu ke hilir (aquaculture intelligence company).
4. Strategi untuk Memperluas Jaringan
Ahmed Tessario, CEO Sirtanio yang juga salah satu kolaborator DSC XI membagikan pengalamannya saat mengikuti DSC di tahun 2013. Baginya definisi BISNIS adalah Based on Science, Innovative, Strategic, Nomina, Information & Technology, dan Search the Network.
“Bisnis itu harus dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan, harus inovatif, strategis, memanfaatkan teknologi dan informasi, dan jangan lupa cari serta bangun relasi melalui jaringan wirausaha. Melalui Diplomat Success Challenge, selain berkesempatan mendapatkan hibah modal usaha senilai 2 miliar rupiah, para peserta juga akan dapat bergabung dengan Diplomat Entrepreneur Network di mana para wirausaha dapat memperluas relasi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman sesama pelaku usaha,” ujar Ahmed.
Ahmed Tessario sebagai peserta DSC di tahun 2013 juga membagikan pengalaman membangun bisnisnya. |
Ahmed mengikuti DSC pada tahun 2013 dengan bisnisnya, Sirtanio, yaitu perusahaan yang menyediakan sistem pertanian terintegrasi untuk membantu petani memanen beras organik bersertifikasi. Bantuan diberikan dalam bentuk pinjaman (pupuk, benih, tenaga kerja), di mana petani akan dikontrak selama 3 musim untuk mengikuti program, dan nanti hasil taninya akan dibeli 30% lebih tinggi dari harga pasar. Kini Sirtanio telah berkolaborasi dengan lebih dari 2.000 jaringan petani, 440 hektar lahan di 6 distrik di Jawa Timur, 14 distributor dan lebih dari 200 reseller, serta produk yang didistribusikan ke 27 distrik di Indonesia, bahkan diekspor hingga Itali dan Afrika Selatan.
Pendaftaran program DSC XI pada tahun 2020 ini telah dimulai sejak 19 Agustus 2020 dan batas pendaftaran ide bisnis akan berakhir di tanggal 19 Oktober 2020. Selain hibah modal usaha senilai 2 miliar rupiah yang akan diberikan kepada pemenang, para finalis juga berkesempatan mendapatkan pendampingan bisnis dari para mentor, serta bergabung dengan jaringan wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN).
Para calon peserta dapat langsung mendaftar di situs diplomatsukses.com, registrasi dan login untuk menjadi user, dan selanjutnya bisa langsung mendaftarkan ide bisnis dengan mudah lewat format proposal yang telah disediakan.
Daftarkan diri dan bisnis Anda ke Diplomat Success Challenge (DSC) XI |
Webinar DSC XI dan MarkPlus Institute selanjutnya akan diadakan kembali pada 1 Oktober 2020 dengan tema ‘Why Some Business Succeed and The Others Failed?’ dengan pembicara Billy Kurniawan (Founder Jiwa Group–Janji Jiwa Coffee & Jiwa Toast) dan Wafa Taftazani (Co-founder & President Commissioner of ModalRakyat.id).
Nantikan update DSC XI melalui media sosial kami:, @diplomatsukses, Facebook Wismilak Diplomat, Twitter @diplomat_sukses; serta situs diplomatsukses.com.